Dia
memandang riang ke arah handphone yang terpasang di tongsisnya. Tongsis Ia
tegakkan ke atas hingga Ia harus melihat cukup tinggi. Dia terlihat cantik dengan
senyum di bibirnya. Meski cahaya waktu itu cukup remang karena matahari belum sepenuhnya
terbit, pemandangan pegunungan dan sosok dirinya sama – sama indah bisa saya
lihat. Tampaknya Ia sedang belajar mengambil gambar dari hape yang terpasang di
tongsis. Belajar dari sosok lelaki tinggi tampan di sebelahnya. Pacarnya kala
itu.
Saya sedang
memandangi foto masa lalu dengan mantannya.
Bohong
sekali jika saya bilang saya baik – baik saja melihat ini. Tapi selalu ada
syukur dan hikmah di setiap peristiwa. Untung saya tahu dan melihat ini ketika
kami belum menikah. Jika saya baru tahu saat udah nikah, satu – satunya perasaan
yang ada hanyalah penyesalan. Rasa gak bisa berbuat apa – apa lagi.
Jikapun ini
saya teruskan, hal – hal kaya gini saya jadikan latihan agar makin kuat dan
terbiasa nantinya kalo melihat hal yang sama lagi. Jaga – jaga kalo – kalo kedepannya
saya akan melihat video vulgar dirinya (seandainya ada) dengan mantan –
mantannya terdahulu. Saya harus siap. Harus latihan dari sekarang. Karena
fenomena bukti kenangan masa lalu ini kaya gunung es, satu foto hanya
puncaknya, badan gunung esnya bukannya ga ada, cuman belum keliatan aja.