Di desa Bangkiang Sidem, Kabupaten Buleleng, saya belanja di sebuah warung. Barang yang saya beli seharga 26 rebu, saya kasi duit 50rebu. Ga dikasi kembalian. Kata mbak penjaga warungnya, "Kembaliannya bisa dituker dengan kecupan".
#HeningSejam
Saya melintasi Desa Bangkiang Sidem saat hendak balik dari kampung saya di Buleleng kembali ke Denpasar. Rencananya langsung nonton Underworld di Mall Bali Galeria. Baca-baca testimoni orang-orang di twitter, katanya Underworld yang ini bagus. Setelah saya tonton sendiri, ceritanya ga begitu beda dengan film-film menarik lainnya. Kisaran nilai dari 1 sampai Ciledug, saya kasi skor 8 deh. Sound effect keren, terutama bunyi kulit tertusuk atau tulang patahnya, gurih. Animasi 3D-nya juga ga mengecewakan. Meski sepanjang film diputer saya selalu keliru menyebut 3D dengan 3G..
Nonton Underworld menginspirasi saya untuk bikin film sendiri. Judulnya "Underwear".
Ceritanya nanti tentang manusia yang ingin membinasakan keberadaan daleman. (Coba kalian pikirkan sendiri, makin hari daleman manusia makin kecil. Khususnya cewek. Dari yang 5 senti di atas lutut + renda-renda, lalu se-selangkangan, makin mini lagi menjadi bikini). Dibalik usaha pemusnahan daleman oleh manusia, di dalamnya terdapat perseteruan bikini dengan kolor yang sama-sama mencoba bertahan dari ancaman kepunahan.
Ternyata, ada kolor yang menyamar dan berhasil berbaur diantara pakaian manusia. Kolor itu menyusun strategi agar kaumnya tak punah dengan mencoba menjadi jeans. Di saat yang sama, kolor menghasut manusia agar memburu bikini yang masih bertahan eksis.
Di tengah pertikaian tersebut, muncullah pakean renang yang diperebutkan oleh kaum kolor dan bikini. Kemanakah pakean renang ini akan berpihak? Berhasilkah kaum kolor memusnahkan bangsa bikini? Bagaimana nasib manusia selanjutnya? Tunggu sampai film ini jadi.